Sangat menyesal bulan juli lalu tidak ada satu postingan pun di rumah saya ini. Sebabnya, penulis sedang fokus menulis yang lain, yaitu tugas akhir. Hihihi. Sekarang semuanya sudah beres, jadi penulis bisa kembali bercerita dengan suka cita di sini, di rumahnya sendiri.
Di bulan Agustus yang gegap gempita penuh dengan acara yang ada kaitannya sama (pesta) kemerdekaan Indonesia, saya nggak ingin tiba-tiba menulis dengan patriotik, hehehe. Kayak biasa aja, mau cerita soal pengalaman pergi ke suatu tempat dari sudut pandang saya. Kali ini tentang gugusan pulau-pulau cantik dan sepenggal kenangan peristiwa sejarah di Kepulauan Morotai, Maluku Utara.
Beberapa teman saya mengernyitkan dahi mendengar nama kepulauan ini. Mungkin waktu SD atau SMP, mereka sering bolos pas mata pelajaran sejarah! Hahahaha. Saya sendiri tidak banyak memiliki referensi, tetapi paling tidak saya ingat bahwa Morotai adalah wilayah yang disebut-sebut ketika kita mempelajari sejarah Perang Dunia II. Menyambangi Morotai Mei lalu, saya akhirnya dapat mengunjungi museum perang dunia II itu. Semuanya masih tersimpan rapi. Benda-benda (bahkan uang logam yang dipakai jaman itu, senjata), diorama, juga cerita-cerita menarik dari Bang Mukhlis sang pengelola museum. Kabarnya, Bang Mukhlis ini sudah sangat sering diwawancara untuk kebutuhan pembuatan film dokumenter.
Selain sisa-sisa peristiwa besar perang dunia II, kita juga nggak boleh lupa bahwa Morotai adalah wilayah kepulauan. Wilayah yang pasti akan membuat pecinta laut jatuh hati. Sudah jadi rahasia umum kan kalau wilayah kepulauan, di Indonesia Timur pula, pasti wisata laut dan pantainya juara. Eh, JUARAKKKK kalo kata Milly di AADC 2.
Bersamaan dengan trip Ternate yang saya ceritakan di sini, saya menuju Morotai dengan menaiki awan kinton kapal yang mulai bergerak meninggalkan dermaga Ternate sekitar pukul 19.00 WIT dan baru tiba di Morotai esok harinya, pukul 8 pagi. Alamaaakkk baru ini saya naik kapal selama itu. Untungnya kami tidur di bilik-bilik, yang meski sempit tapi ada AC dan kasur. Kelas VIP gitu ceritanya. Ada kelas ekonomi juga di bawah. Saya sempat melihat-lihat. Mereka memakai ranjang susun, tanpa sprei, ada kipas angin tua di beberapa titik, tapi bising bukan main karena dekat dengan tempat mesin kapal barangkali. Tapi banyak yang sudah bisa tidur dengan lelap, bahkan anak kecil pun. Damai sekali.
Sampai di Morotai, kami ngaso di sebuah penginapan. Di sana kami siap-siap, ganti baju, sarapan dll dll sebelum akhirnya dibawa dengan bentor menuju Dermaga Daruba untuk island hoping. Fyi, di pulau tidak ada listrik. Padahal saya membawa floaties bebek besar yang harus dipompa! Hahahahaa. Kami akhirnya memompa floaties di penginapan, lalu tour guide mebawanya dengan bentor dan dipindahkan ke atas kapal yang mengangkut kami ke pulau. Ampun DJ, mau eksis meuni riweuh yah... *blushing*
Hari itu, sehari penuh, kami berpindah-pindah ke beberapa pulau. Yang pertama pulau Zum-Zum Mc. Arthur. Dinamakan demikian karena di sana terdapat patung Jendral Mc. Arthur sang pemimpin sekutu. Dulu, dia menggunakan Pulau Zum-Zum untuk mengintai musuh mengingat pulau ini lokasinya sangat strategis meghadap Samudera Pasifik. Sayangnya, seperti yang sudah saya baca di beberapa portal berita, setelah bupati Morotai ditangkap KPK, lokasi patung itu terbengkalai. Sepi. Mc. Arthur berdiri tegak seorang diri.
Beberapa pulau setelahnya menyuguhi kami
pemandangan pasir pantai putih halus, garis pantai memanjang dan air
laut yang jernih dan hangat! Wohooooo. Ada pulau Kokoya, Dodola Besar dan Dodola Kecil. Kami juga menikmati makan siang (tentunya dengan lauk ikan, hihi) di Pulau Kokoya. Di sana ada juga ada penyedia permainan banana boat. Sayang saya lupa menanyakan berapa tarifnya. Morotai juga terkenal di kalangan para penyelam karena memiliki spot selam yang khas dengan bangkai kapal nya. Tapi saya dengar, titik selam itu hanya bisa untuk penyelam bersertifikasi. Mungkin karena kedalaman, arus bawah laut dan banyak faktor penyelaman lain. Enak ya kalau bisa nyelam. Bisa melihat sisa sejarah di darat, di laut, dapat bonus pemandangan karang-karang warna-warni dan sehat pasti.
Kalau sudah begini, sulit untuk
tidak jatuh cinta kan? Trip saya ke Morotai kemarin makin mengesankan karena dokumentasi yang lengkap dari tim Trip Indonesia Timur. Mereka memiliki drone yang membuat hasil foto lebih dramatis. Setelah pulang dan mengunggah foto-foto Morotai dari atas, makin banyak lagi yang jatuh cinta pada Morotai. Meski belum tahu kapan bisa berkunjung, setidaknya mereka tahu dulu. Jatuh cinta dulu. Kalau sudah jatuh cinta pasti mau melakukan berbagai usaha. Mah.... curhat dong Mahhhh.....
Di Morotai juga terdapat monumen Trikora. Hal bersejarah lainnya disamping PD II. Kalau waktu terbatas seperti saya, begitu selesai island hoping, kembali ke penginapan, cepat mandi dan langsung saja ke museum karena malam pukul 19.00 WIT kapal segera kambali ke Ternate.
Mengenai itinerary dan biaya trip ini sudah satu paket dengan trip Ternate yang diatur oleh tim Trip Indonesia Timur. Jika menginginkan itinerary sendiri, mungkin ingin berlama-lama atau bahkan menginap di Morotai, atur saja dengan mereka. ;)
Ps: Semua foto drone diambil oleh pilot nya --> @ilhamarch
Lilis, pembelajar sejarah, penikmat kenangan, penyuka pantai.
Terbangkan terus Kakak Il! Jang kasi turun! :p |
Lilis, pembelajar sejarah, penikmat kenangan, penyuka pantai.
foto2 pake drone ini jadi landscape nya makincakep yaaa
ReplyDelete